Probolinggo BP - Pelaksanaan UKBI Adaptif Merdeka yang diselenggarakan di SMP Negeri 10 Probolinggo
Propinsi Jawa Timur pada hari Sabtu, 26 Agustus 2023, merupakan Upaya Mendongkrak Kemampuan Literasi Siswa SMP Negeri 10 Probolinggo dan berkontribusi memberikan catatan-catatan
penting yang dapat digunakan sebagai bagian refleksi UKBI bagi pelajar. Selain sebagai alat untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia bagi siswa, UKBI yang diselenggarakan di SMP Negeri 10 Probolinggo
Ini sebagai langkah memperbaiki hasil raport pendidikan yang ada di satuan pendidikan pada
aspek literasi yang mengalami penurunan walaupun masih dalam posisi baik. Berdasarkan data Asesmen Nasional: Asesmen Kompetensi Minimum yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sebagian besar peserta didik di SMP Negeri 10 Probolinggo telah mencapai batas kompetensi minimum untuk literasi membaca.
Berbahasa Indonesia bagi pelajar sangatlah terlihat dan terdengar dengan jelas pada saat siswa berada di sekolah. Mereka bertutur sapa, bercanda ria dalam berbagai kepentingan dengan teman-temannya pada saat di kelas maupun di luar kelas. Pembicaraan mereka menggambarkan adanya komunikasi yang bervariasi, karena mereka tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia , namun juga komunikasi dengan berbahasa daerah setempat, meliputi Bahasa Jawa dan Madura.
Keanekaragaman berbahasa tersebut tampaknya belum bisa diukur dengan ukuran yang terstandar sampai di mana kemampuan berbahasa anak-anak tersebut. Mereka belum mengenal Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia.
Ketika mendengar akan ada Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia anak-anak mempunyai persepsi dan pikiran yang berbeda-beda. Berbagai ungkapan ketika ditanya bagaimana
pikiran mereka sebelum menghadapi UKBI? Beberapa siswa menjelaskan bahwa soal yang akan diujikan pastinya sulit. Ini diungkapkan ketika mendengar UKBI anak-anak segera mencari informasi di internet terkait UKBI dan contoh soal-soalnya. Ternyata contoh soa-soal yang didapatkannya di ineternet tidak sesulit yang mereka bayangkan. Bahkan anak-anak sebelum mengikuti kegiatan UKBI juga menoleh ke belakang dengan mempelajari kembali materi-materi pelajaran Bahasa Indonesia yang sudah dipelajari pada saat duduk di kelas di sebelumnya. Mereka berusaha berlatih mengerjakan soal-soal yang pernah dipelajari selama belajar di sekolah.
Sebelum anak-anak mengikuti kegiatan UKBI yang diselenggarakan di sekolah bekerja sama dengan Balai Bahasa Jawa Timur, muncul berbagai anggapan dari para siswa. Ada yang mengatakan kalau soal-soal UKBI sulit dan takut mendapat skor yang rendah. Belum siap mengikuti UKBI karena belum banyak belajar materi yang diujikan. Di sisi lain ada anak yang begitu optimis mendapatkan nilai yang bagus dalam mengikuti UKBI.
Bahkan ada yang mempertanyakan manfaat dari kegiatan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia atau UKBI ini. Seperti yang disampaikan oleh Khaylila siswi kelas IX. "Awalnya saya merasa cemas karena takut soal-soal yang ada di UKBI sangat susah, sehingga saya tidak bisa mengerjakan. Saya merasa takut juga karena saya baru pertama kalinya mengikuti UKBI ini, akan tetapi setelah mengerjakan soal UKBI saya merasa lega karena soal-soalnya tidak sesusah yang saya bayangkan sebelumnya.” ujarnya.
Anak lainnya berpikir bahwa soal UKBI sulit dan rumit, karena soal latihan UKBI yang pernah didapatkan melalui internet rumit untuk dikerjakan. Bahkan ada yang meresahkan teknisnya karena menggunakan HP yang mengkhawatirkan baterai yang sudah menipis takut tidak mencukupi untuk mengerjakan soal-soal UKBI.
Pada saat pelaksanaan UKBI terdapat catatan yang menggambarkan keseriusan peserta dalam mengerjakan soal-soal UKBI. Di antaranya disampaikan oleh Dinda Keisya Kelas IX. "Seperti yang saya bayangkan, soal-soal tersebut cukup rumit. Hanya beberapa soal saja yang mudah. Soal-soal yang menurut saya cukup sulit, yaitu soal-soal membaca. Soal-soal yang cukup mudah adalah soal-soal mendengarkan. Terdapat kendala saat soal mengerjakan, yakni suara yang tiba-tiba menghilang, dan tiba-tiba terdengar kembali.” katanya. Namun dari kesaksiannya tersebut, peserta ini memperoleh skor yang cukup bagus, mencapai 643, yang berarti sangat unggul.
Seorang murid yang lain menyampaikan, Saat mengerjakan soal-soal UKBI, ada kalanya merasa bingung karena webnya eror dan waktunya terus berjalan. Maka dari itu, dia merasa cemas dan takut waktunya segera berakhir.
Menurutnya, soa-soal di UKBI masih bisa dikerjakan karena soalnya beragam, ada yang susah dan tidak sedikit pula yang mudah. Setelah selesai mengerjakan, dia langsung melihat skor yang telah di peroleh. Dia merasa senang setelah melihat skor tersebut, karena menurutnya nilai yang dia peroleh cukup bagus, skor tertulis 616.
Ungkapan kejujuran juga disampaikan temannya yang bernama Luluk Fiska. Ia menyampaikan perasaanya sangat lega saat telah selesai mengerjakan soal UKBI dan mengetahui nilainaya 612. Dia sedikit khawatir memikirkan bagaimana kelanjutannya setelah kegiatan UKBI. Muncul pikiran kritis dan cerdas dari peserta UKBI ini. Untuk apa UKBI dilaksanakan dan bagaimana kelanjutan setelah mengikuti UKBI?
Tentu menjadi perhatian bagi sekolah, sebagai pihak yang memberikan fasilitas kepada para pelajar untuk mengembangkan kompertensi, terutama kompetensi literasi agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tertulis. Selain itu, pelajar sebagai generasi penerus bangsa pewaris budaya sudah seharusnya menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia. Mereka harus memiliki rasa bangga dan mengutamakan bahasa Indonesia. Sebagaimana slogan Balai Bahasa yang dikenal dengan slogan tri gatra, berbunyi Utamakan
Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing. Slogan ini memperkuat ajakan kepada pelajar di sekolah untuk cinta dan mahir berbahasa Indonesia.
Mengutip pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam Diseminasi Nasional Kemahiran Berbahasa yang digelar oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, di Jakarta, pada 1 Maret 2023, beliau mengungkapkan bahwa kemahiran berbahasa diyakini menjadi salah satu modal utama dalam peningkatan kemampuan literasi anak-anak Indonesia lewat Gerakan Merdeka Belajar. Sudah waktunya bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa-bahasa besar di dunia. Sebagai bahasa modern yang multifungsi dan memiliki jumlah penutur yang besar, diperlukan sarana evaluasi yang menilai mutu penggunaan bahasa Indonesia. Hadirnya UKBI di sekolah menjadi salah satu barometer terstandar yang mampu menyadarkan para pelajar dalam berbahasa Indonesia.
Penulis : -
Editor : PrestaBrewox
Redaktur : Dikpoer
@kabarprobolinggo.my.id
0 Comments