tentunya sedang ada kegiatan, hal itu nampak dari banyaknya tenda berdiri berjajar-jajar disepanjang halaman. Ternyata tenda -tenda yang banyak dikerubungi murid dan orang dewasa itu menyajikan jenis-jenis makanan khas probolinggo, yang merupakan karya siswa dibawah bimbingan orangtua/wali murid masing-masing siswa. Sedangkan Disebelah timur tenda - tenda ada space untuk acara seremonial yang berhadapan dengan kursi-kursi undangan yang berjajar rapi.Kemudian lebih jauh lagi masuk kehalaman, terlihat semua pintu kelas dalam posisi terbuka dan ada beberapa bapak dan ibu guru di depannya, didalam kelas itu sendiri sedang berlangsung penilaian lomba kelas.
kegiatan penilaian kelas yang bertajuk Apresiasi kelas itu adalah gagasan dari komunitas SDN Jrebengkidul yang terdiri dari guru, kepala sekolah, siswa dan orangtua /wali murid, untuk memberikan motivasi, untuk berkolaborasi mengenai apa yang harus ada di dalam kelas dan harus segera dikerjakan, yang nantinya semua itu harus berbentuk sebuah dokumen yang berhubungan dengan kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).
Bahwa setiap Aksi nyata itu di dalamnya ada sebuah kegiatan P5 di mana guru bersama komunitas di sekolah itu sudah membuat program kegiatan dari P5, yaitu dengan menentukan sebuah tema sesuai fasenya, dari tema itu akan dibuat modul dan hasilnya berupa aksi nyata yang sesuai dengan temanya. masing-masing guru SDN Jrebengkidul pada tahun ini di semester ganjil, membuat aksi nyatanya diantaranya mengangkat tema kearifan lokal dengan memperkenalkan makanan tradisional lokal kota Probolinggo, serta fase berikutnya dalam bentuk pelestarian budaya lokal.
Kemudian dari aksi nyatanya itu siswa melakukan sebuah presentasi yang akan dinilai oleh gurunya yang dikemas dalam bentuk public speaking, yang akan mendapat penilaian hasilnya dari proses kegiatan awal sampai kegiatan aksi nyatanya, kemudian didiskripsikan menjadi nilai raport P5. Selain kegiatan penilaian kelas, yang berada di meja- meja didalam tenda adalah kegiatan penyajian produk- produk makanan lokal dari masing-masing kelas, hal itu merupakan kerjasama anak dengan orang tua. Bagaimana proses pembuatan dari makanan itu, kemudian siswa harus mampu menjelaskan kepada masyarakat. Selanjutnya kegiatan itu menjadi sebuah dokumen yang merupakan produk unggulan pada saat penilaian Adi Wiyata.
Pada acara itu, Fathor juga mengundang Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo berupa surat yang sudah terkirim melalui aplikasi Srikandi. Kemudian hadir juga dari komunitas sekolah lain untuk studi tiru dan beberapa kepala sekolah dari kecamatan lain yang melakukan sharing tentang penyelenggaraan kegiatan itu.
Fathor Mulyono berharap, bahwa dari Kurikulum Merdeka saat ini, sudah harus ada sebuah kegiatan yang didalamnya mengarah kepada profil pelajar Pancasila, diantaranya adalah, adanya gotong royong, berketuhanan yang maha esa, kreatif dan inovatif, kemudian berkarakter dan sebagainya.
Semua itu melibatkan siswa dan orang tua, menjadi satu hal yang tidak terpisahkan dalam sebuah pendidikan, yang nantinya harapannya kepada siswa atau peserta didik menjadi generasi penerus bangsa yang memenuhi kriteria Profil Pelajar Pancasila. (*Dikpoer&Tim)
Sementara itu, menurut keterangan Fathor Mulyono, S.Pd, M.Pd, selaku kepala sekolah Jrebengkidul, saat itu memang ada kegiatan penilaian lomba antar kelas dengan tajuk 'Apresiasi Kelas' dengan mendatangkan Juri lomba dari Pengawas Pembina yang berpredikat sebagai Pelatih Ahli di kurikulum Merdeka dari wilayah Kecamatan Kanigaran dan Wonoasih serta Pengawas Pendidikan Agama Islam dan Ketua K3S wilayah Wonoasih.
Lebih lanjut Fathor menyampaikan,
SD Jrebengkidul hari itu mengadakan sebuah kegiatan dan aksi nyata Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut yang Pertama, menumbuhkan rasa memiliki dari para siswa,orangtua siswa/wali murid dan guru khususnya terhadap kelas - kelas dimana para siswa itu belajar. kedua, merekatkan hubungan komunikasi antara guru, wali murid dan siswa. Ketiga, saling mendukung bekerja sama bergotongroyong untuk menyiapkan kelas melalui kreativitas dalam menghadapi lomba penilaian kelas.
SD Jrebengkidul hari itu mengadakan sebuah kegiatan dan aksi nyata Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut yang Pertama, menumbuhkan rasa memiliki dari para siswa,orangtua siswa/wali murid dan guru khususnya terhadap kelas - kelas dimana para siswa itu belajar. kedua, merekatkan hubungan komunikasi antara guru, wali murid dan siswa. Ketiga, saling mendukung bekerja sama bergotongroyong untuk menyiapkan kelas melalui kreativitas dalam menghadapi lomba penilaian kelas.
kegiatan penilaian kelas yang bertajuk Apresiasi kelas itu adalah gagasan dari komunitas SDN Jrebengkidul yang terdiri dari guru, kepala sekolah, siswa dan orangtua /wali murid, untuk memberikan motivasi, untuk berkolaborasi mengenai apa yang harus ada di dalam kelas dan harus segera dikerjakan, yang nantinya semua itu harus berbentuk sebuah dokumen yang berhubungan dengan kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).
Bahwa setiap Aksi nyata itu di dalamnya ada sebuah kegiatan P5 di mana guru bersama komunitas di sekolah itu sudah membuat program kegiatan dari P5, yaitu dengan menentukan sebuah tema sesuai fasenya, dari tema itu akan dibuat modul dan hasilnya berupa aksi nyata yang sesuai dengan temanya. masing-masing guru SDN Jrebengkidul pada tahun ini di semester ganjil, membuat aksi nyatanya diantaranya mengangkat tema kearifan lokal dengan memperkenalkan makanan tradisional lokal kota Probolinggo, serta fase berikutnya dalam bentuk pelestarian budaya lokal.
Kemudian dari aksi nyatanya itu siswa melakukan sebuah presentasi yang akan dinilai oleh gurunya yang dikemas dalam bentuk public speaking, yang akan mendapat penilaian hasilnya dari proses kegiatan awal sampai kegiatan aksi nyatanya, kemudian didiskripsikan menjadi nilai raport P5. Selain kegiatan penilaian kelas, yang berada di meja- meja didalam tenda adalah kegiatan penyajian produk- produk makanan lokal dari masing-masing kelas, hal itu merupakan kerjasama anak dengan orang tua. Bagaimana proses pembuatan dari makanan itu, kemudian siswa harus mampu menjelaskan kepada masyarakat. Selanjutnya kegiatan itu menjadi sebuah dokumen yang merupakan produk unggulan pada saat penilaian Adi Wiyata.
Pada acara itu, Fathor juga mengundang Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo berupa surat yang sudah terkirim melalui aplikasi Srikandi. Kemudian hadir juga dari komunitas sekolah lain untuk studi tiru dan beberapa kepala sekolah dari kecamatan lain yang melakukan sharing tentang penyelenggaraan kegiatan itu.
Fathor Mulyono berharap, bahwa dari Kurikulum Merdeka saat ini, sudah harus ada sebuah kegiatan yang didalamnya mengarah kepada profil pelajar Pancasila, diantaranya adalah, adanya gotong royong, berketuhanan yang maha esa, kreatif dan inovatif, kemudian berkarakter dan sebagainya.
Semua itu melibatkan siswa dan orang tua, menjadi satu hal yang tidak terpisahkan dalam sebuah pendidikan, yang nantinya harapannya kepada siswa atau peserta didik menjadi generasi penerus bangsa yang memenuhi kriteria Profil Pelajar Pancasila. (*Dikpoer&Tim)